 |
| Group Hypno-Tapping |
Sering kali, tantangan terbesar datang dari dalam diri kita sendiri—terutama saat berhadapan dengan emosi yang sulit dikendalikan. Di tengah kesibukan sehari-hari, gampang sekali kita terbawa amarah, stres, atau rasa frustrasi yang tak terelakkan. Tapi, apa jadinya jika ada cara praktis untuk mengelola semua itu?
Inilah yang dirasakan oleh para peserta kelas Hypno-Tapping Angkatan 1. Cerita nyata datang dari salah satu peserta, Bapak Slamet Raharjo, yang membagikan pengalamannya di grup khusus.
"Alhamdulillah setelah ikut pelatihan Hypno-Tapping, rasanya makin bisa mengelola rasa emosional yang awal [nya] susah terkendalikan. Bahkan, label temperamen bisa perlahan lepas," tulisnya.
Perubahan ini bukan hanya dirasakan oleh satu orang. Respons positif juga datang dari peserta lain, Ibu Nurul Aeni, yang merasakan dampak signifikan pada interaksinya dengan anak-anak.
"Iya, saya juga tadi pagi yang biasanya marah-marah sama anak-anak, lebih slow. Pan [kalau] berangkat sekolah gasik, ya silakan. Pan [kalau] berangkat sekolah awan [siang], ya silakan," balas Ibu Nurul, menunjukkan bagaimana emosinya kini lebih stabil dan tidak lagi mudah meledak.
 |
| Group Hypno-Tapping |
Namun, seperti halnya setiap proses, ada tantangan. Bapak Slamet mengakui bahwa mengelola emosi ke anak-anak masih menjadi PR. "Saya masih belum stabil ngontrol kalau ke anak ini. Kadang [emosi] memuncak kalau lagi capek terus anak-anak pada nangis," ujarnya jujur.
Pengakuan ini justru membuktikan bahwa Hypno-Tapping bukanlah sulap. Ini adalah sebuah proses belajar yang berkelanjutan. Hypno-Tapping memberikan kita alat-alat yang efektif, tapi konsistensi dalam praktiknya adalah kunci untuk mencapai perubahan permanen.
Testimoni-testimoni ini menjadi bukti bahwa Hypno-Tapping bukan sekadar teknik, melainkan sebuah jembatan menuju diri yang lebih tenang, sabar, dan terkendali—bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita.
