![]() |
| Carita Tentang Sejarah EFT dan Hypno-Tapping |
Perjalanan teknik penyembuhan melalui energi sebenarnya sudah dimulai lebih dari 5.000 tahun yang lalu di Tiongkok kuno. Para biksu Shaolin dan praktisi Taoist memahami adanya energi kehidupan (chi) yang mengalir di dalam tubuh melalui jalur tertentu yang disebut meridian. Mereka percaya, ketika aliran energi ini terganggu, maka muncullah berbagai ketidakseimbangan baik secara fisik maupun emosional.
Berabad-abad kemudian, pengetahuan kuno ini menginspirasi para peneliti modern. Pada abad ke-20, Dr. George Goodheart, pendiri Applied Kinesiology, menemukan hubungan antara titik-titik energi tubuh dengan kesehatan. Penemuan ini membuka jalan bagi lahirnya terapi energi modern.
Tak lama kemudian, seorang dokter sekaligus hipnoterapis, Dr. Roger Callahan, menemukan metode baru berbasis ketukan pada titik meridian yang dikenal dengan nama Thought Field Therapy (TFT). Kisah paling terkenal dari penemuannya adalah ketika ia membantu seorang pasien bernama Marry, yang mengalami fobia berat terhadap air sejak kecil. Dengan hanya mengetuk titik akupunktur di bawah kelopak matanya selama kurang lebih satu menit, fobia Marry hilang seketika, bahkan keluhan sakit lambung yang ia derita pun ikut lenyap.
Keberhasilan luar biasa ini menjadi tonggak lahirnya TFT, sebuah metode yang terbukti membantu banyak orang melepaskan trauma, fobia, dan ketegangan emosional. Namun, TFT memiliki urutan ketukan yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh praktisi terlatih.
Pada awal 1990-an, salah satu murid Dr. Callahan, Gary Craig—seorang insinyur lulusan Stanford, Master NLP Practitioner, sekaligus pakar pengembangan diri menyederhanakan metode TFT menjadi teknik yang lebih praktis. Ia memperkenalkan Emotional Freedom Technique (EFT), sebuah metode universal dengan protokol ketukan sederhana yang bisa dipraktikkan siapa saja, untuk berbagai permasalahan mental, emosional, maupun fisik. EFT menggabungkan kekuatan psikologi modern, kinesiologi, akupunktur tanpa jarum, dan sistem energi tubuh manusia.
Di Indonesia, EFT semakin dikenal luas berkat Ahmad Faiz Zainuddin melalui SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dan Reza Gunawan dari True Nature Holistic Healing. Seiring perkembangannya, banyak praktisi sepakat bahwa EFT tetap efektif meskipun dilakukan dengan penuh keraguan—dan hal ini dibuktikan oleh pengalaman banyak orang, termasuk saya sendiri.
Awal mula saya mengenal EFT adalah dari tulisan A.S. Laksana berjudul Keajaiban Ujung Jari Anda. Karena penasaran, saya mencoba pada diri sendiri dan hasilnya sungguh mengejutkan: kepala berat dan pusing yang saya rasakan hilang hanya dengan beberapa ketukan. Beberapa kali percobaan berikutnya memberikan hasil yang konsisten. Sederhana, tetapi luar biasa.
Saya kemudian mencoba membantu orang lain, salah satunya seorang teman kantor bernama Rina Nurtiti dari PMI Kabupaten Brebes yang sering menderita migrain kronis. Awalnya ia skeptis, namun akhirnya bersedia mencoba. Ajaibnya, migrain yang ia rasakan langsung mereda, bahkan efeknya bertahan lebih lama dari yang ia bayangkan.
Tahun 2012, saya mulai membuka layanan hipnoterapi. Saat itu, hipnoterapi masih sering dipandang sebelah mata, sehingga saya lebih memilih mempraktikkan EFT yang saya pelajari secara otodidak. Selama seminggu penuh saya menawarkan terapi gratis dengan EFT, dan hasilnya sungguh melampaui ekspektasi. Dari pengalaman inilah saya kemudian memperdalam EFT secara langsung kepada Eddy Iskandar dari EFT Center, hingga akhirnya semakin yakin akan efektivitas EFT, terlebih bila dipadukan dengan hipnoterapi.
Hasil praktik bertahun-tahun menegaskan satu hal penting:
“Hipnoterapi bekerja menembus pikiran bawah sadar, sementara EFT melancarkan sistem energi tubuh. Ketika keduanya dipadukan, lahirlah sebuah metode terapi yang lebih cepat, lebih dalam, dan lebih efektif.”
Dari sinilah lahir sebuah program baru yang saya beri nama:
Hypno-Tapping
Sebuah perpaduan antara kedalaman hipnosis dan keajaiban tapping, yang hadir untuk membantu siapa saja terbebas dari beban emosional, pikiran negatif, maupun gangguan psikosomatis.





